Rabu, 05 Februari 2025

Kapan Islam Pertama Kali Masuk ke Indonesia? Ini Penjelasan Serta Buktinya


 Jakarta - Islam saat ini menjadi agama mayoritas di Indonesia. Lantas kapan Islam pertama kali masuk di Indonesia?

Dilansir dari detikEdu, masuknya Islam ke Indonesia ada banyak pendapat dengan teorinya masing-masing. Setidaknya pendapat tersebut dibagi menjadi tiga waktu.


Berikut waktu masuknya Isillam di Indonesia beserta penjelasan dan buktinya.



Mengulas Pendapat Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Dalam buku yang dibuat oleh Siti Wahidoh yang berjudul Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) diterangkan bahwa sebagian besar Orientalis atau peneliti Barat tentang Islam beranggapan kalau agama Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 dan ke-13 M.


Kendati demikian, muncul juga pendapat yang mengemukakan bahwa peristiwa ini pertama kali terjadi pada abad pertama Hijriyah, yaitu pada saat pedagang sufi muslim Arab masuk ke China melalui jalur laut bagian barat. Hal ini disimpulkan dari manuskrip China era Dinasti Tang.


Sementara itu, dalam buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman, terdapat sebuah pendapat yang mengatakan bahwa proses pengenalan Islam di Nusantara terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-17 Masehi. Sedangkan masa pengembangan agama Islam di Indonesia terjadi di abad-abad setelahnya.


Pendapat mengenai masuknya Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-11 tak semerta-merta disebutkan tanpa bukti-bukti sejarah. Adapun bukti-buktinya yakni:


1. Laporan dari Sejarah Dinasti Yuan (1280-1376) yang menyebutkan pertemuan duta Cina dengan dua orang menteri dari Kerajaan Samudra Pasai terjadi di Quilon.


2. Laporan Marco Polo, seorang perantau dari Venesia (Italia) pada tahun 1292 Masehi. Ia mengatakan tertahan di Samudra Pasai selama lima bulan yang penduduknya telah beragama Islam.


3. Ying Yai Sheng Lan atau laporan umum tentang pantai-pantai lautan yang ditulis oleh seorang Cina Muslim bernama Ma Huan yang diterbitkan pada tahun 1416.


Selain pendapat-pendapat tersebut, ada juga yang menyebutkan bahwa pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia terjadi di abad ke-13. Berikut bukti peninggalan dari pendapat tersebut:


1. Batu nisan Sultan Malik As-Saleh, batu nisan ini berangka tahun 1297 Masehi. Sultan Malik As-Saleh ini merupakan Raja Samudra Pasai yang pertama kali masuk Islam. Sebagaimana yang diketahui, Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudra Pasai.


2. Catatan perjalanan Marco Polo yang menceritakan ia pernah singgah di Kerajaan Perlak (1292). Dan dalam catatan tersebut disebutkan bahwa penduduk kota Perlak telah menganut agama Islam.


3. Ada lagi laporan mengenai Samudra Pasai yang diceritakan dalam catatan Ibnu Batutah (1345-1346) menyebutkan bahwa Samudra Pasai menganut paham Syafi'i. Hal ini membuktikan bahwa Islam sudah berkembang di kerajaan tersebut.


4. Catatan Ma-Huan, musafir Cina yang mengatakan bahwa sebagian besar masyrakat di Pantai Utara Jawa Timur sudah beragama Islam sejak awal abad ke-15 Masehi.


5. Suma Oriental dari Tome Pires, musafir asal Portugis ini memberitakan bahwa penyebaran Islam terjadi antara tahun 1512-1515 Masehi. Dan terjadi di Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Kepulauan Maluku


https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6601584/kapan-islam-pertama-kali-masuk-ke-indonesia-ini-penjelasan-serta-buktinya/amp#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=17388055607988&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com

Peranan Agama dalam Kehidupan Keseharian Umat

 

Kemenag RI


Bahasa

Beranda Berita Layanan Mimbar Agama Unit Kerja Kolom Profil Galeri

Search


Ketik di sini

Rekomendasi Keywords:

Gusmen Haji 2023 Hari Santri Pesantren Islam Sidang Isbat Halal

Khonghucu

 Versi Audio

Peranan Agama dalam Kehidupan Keseharian Umat

Tim Mimbar KhonghucuTim Mimbar Khonghucu


Penulis

Selasa, 16 November 2021 · 09:47 WIB

Js. Ngiat Hiung (Penyuluh Agama Khonghucu non PNS Bangka Belitung)

Js. Ngiat Hiung (Penyuluh Agama Khonghucu non PNS Bangka Belitung)


Agama berperan sangat penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Agama dan beragama adalah satu kesatuan namun memiliki makna yang berbeda.


Agama merupakan sebuah ajaran kebaikan yang menuntun manusia kembali kepada hakekat kemanusiaannya. Beragama artinya kita berupaya belajar untuk mengamalkan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan, agar terjalin hubungan yang indah dan harmonis antar sesama, alam semesta maupun dengan Tuhan.


Perspektif agama dan beragama dalam keimanan Khonghucu tersurat di dalam Kitab Zhongyong (Tengah Sempurna) bab Utama : 1. Yang berbunyi: "Tian Ming Zhi Wei Xing. Shuai Xing Zhi Wei Dao. Xiu Dao Zhi Wei Jiao" (Firman Tian itulah dinamai watak sejati. Berbuat mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh Jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai Agama)


Agama Khonghucu mensyarakatkan tuntunan moralitas sebagai bagian iman secara keseluruhan. Tak ayal, moralitas yang ditekankan agama Khonghucu bersifat mengikat kepada setiap penganutnya dan umat memiliki kewajiban untuk terus belajar membina dirinya agar benih-benih Kebajikan yang terkandung dalam watak sejati memancar keluar lewat prilaku baik melalui ucapan maupun perbuatan. Sebagaimana yang tersurat dalam Kitab Zhong Yong Utama: 1 di atas, Firman Tian itulah yang dinamai Watak Sejati.


Watak Sejati (Xing) adalah karunia Tian yang berupa benih-benih Kebajikan, yakni : Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan dan Kebijaksanaan. Mengzi berkata, "Rasa hati berbelas kasihan tiap orang mempunyai, rasa hati malu dan tidak suka tiap orang mempunyai, rasa hati hormat dan mengindahkan tiap orang mempunyai dan rasa hati membenarkan dan menyalahkan tiap orang juga mempunyai. Adapun rasa hati Berbelas-Kasihan itu menunjukkan adanya benih Cinta Kasih, rasa hati Malu dan Tidak Suka itu menunjukkan adanya benih kesadaran Menjunjung Kebenaran, rasa hati Hormat dan Mengindahkan itu menunjukkan adanya benih Kesusilaan, dan rasa hati Membenarkan dan Menyalahkan itu menunjukkan adanya benih Kebijaksanaan. Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan dan Kebijaksanaan itu bukan hal-hal yang dimasukkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Tetapi seringkali kita tidak mau Mawas Diri. Maka dikatakan, "Carilah dan engkau akan mendapatkannya, Sia-siakanlah dan engkau akan Kehilangan!. Sifat orang memang kemudian berbeda-beda, mungkin berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan tidak terhitung; tetapi itu tidak dapat dicari alasan kepada Watak Sejatinya". (Mengzi VI A : 6.7) Watak Sejati (Xing) itulah karunia Tian kepada setiap insan.


Berbuat mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci. Pengamalan akan watak sejati (benih-benih Kebajikan) dalam kehidupan, inilah yang dinamai hidup menempuh Jalan Suci. Ajaran agama lah yang mencerahkan umat akan Watak Sejati (Xing) karunia Tian yang bersemayam di dalam dirinya dan wajib untuk ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan. Menumbuh kembangkan watak sejati dengan cara membina diri secara berkesinambungan.


Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai agama. Tuntunan agar manusia dapat selaras dengan hakikat kemanusiaannya itulah tujuan dari beragama. Manusia dibimbing oleh ajaran mulia para Nabi agar segenap kehidupan yang dijalaninya harmonis, berupaya menjaga agar ucapan senantiasa selaras dengan perbuatan .


Secara lebih terperinci, pentingnya peranan agama dalam kehidupan keseharian umat, akan dapat dipahami dalam poin-poin berikut:


Pertama, ajaran agama berperan dalam menghidupkan nilai-nilai luhur moralitas. Agama Khonghucu mempunyai tujuan untuk menghidupkan nilai-nilai moralitas agar umat menjadi Berbudi Pekerti, dapat menjadi insan Confusian yang tidak hanya berguna buat dirinya pribadi, tetapi akan dapat menjadikan dirinya berguna buat keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Ajaran Agama Khonghucu menitikberatkan akan nilai-nilai luhur yang menuju kepada prinsip-prinsip kebaikan. Hal ini terjabarkan dalam ajaran Delapan Kebajikan, yakni: 1. Xiao (Berbakti), 2. Ti (Rendah Hati), 3. Zhong (Satya), 4. Xin (Dapat Dipercaya), 5. Li (Susila), 6. Yi (Kebenaran), 7. Lian (Suci Hati), dan 8. Chi (Tahu Malu).


Kedua, agama menjadi sumber kekuatan semangat bagi umat dalam menjalani rutinitas kehidupan. Nilai-nilai spiritualitas agama dapat menghidupkan kekuatan dalam diri umat untuk mampu menghadapi pelbagai permasalahan hidup, dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan.


Di dalam kitab Yi Jing, Babaran Agung A IV : 22-22 tersurat, "Beroleh perlindungan Tuhan YME, Rahmat, tiada yang tidak membawa Berkah". Nabi bersabda, "Perlindungan berarti Bantuan. Yang diberi bantuan Tuhan YME, ialah orang yang Patuh-Taqwa. Yang diberi bantuan manusia ialah orang yang mendapat Kepercayaan."


Ayat Suci di atas akan menjadikan umat berusaha untuk memperoleh bantuan dalam setiap permasalahan hidupnya, baik bantuan dari sesama maupun bantuan dari Tuhan. Namun, untuk mendapatkan bantuan dari Tuhan, umat harus bertakwa. Selain bersembahyang dan beribadah, mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan adalah salah satu bentuk takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.


Ketiga, agama berperan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umatnya, sekaligus menjadi tolak ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan seseorang, tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap ajaran agama yang diimaninya.


Di saat umat menghadapi suatu cobaan dan penderitaan dalam hidupnya, iman yang kuat terhadap agama akan dapat menguatkannya. Penderitaan dan cobaan yang dialaminya, diyakininya sebagai ujian dari Tuhan untuk menjadikannya orang Besar (berhasil sukses).


Tertulis di dalam Kitab Mengzi Vi B : 15, "Begitulah kalau Tuhan YME hendak menjadikan seseorang Besar, lebih dahulu disengsarakan batinnya, dipayahkan urat dan tulangnya, dipaparkan badan kulitnya, dimiskinkan sehingga tidak punya apa-apa, dan digagalkan segala usahanya. Maka dengan demikian digerakkan hatinya,diteguhkan watak sejatinya, dan bertambah pula pengertiannya tentang hal-hal yang ia tak mampu......"


Dari ayat di atas, umat akan dapat memahami bahwa cobaan dan penderitaan hidup yang dialaminya adalah tangga yang disediakan Tuhan untuk meninggikannya. Maka Agama berfungsi sebagai benteng yang kokoh, yang menjadi pelindung kehidupan umat dari badai kehidupan.


Keempat, agama berperan membentuk perilaku keseharian umat. Ajaran Agama Khonghucu mengedepankan ajaran moral dan etika untuk membentuk kepribadian umat agar lebih dapat memahami hakikat kemanusiaannya, memanusiakan manusia. Zi Gong, seorang murid nabi bertanya, "Adakah satu kata yang boleh menjadi pedoman sepanjang hidup?". Nabi bersabda, Itulah Tepasalira! (memahami sesama). Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan diberikan kepada orang lain." (Lunyu XV : 24)


Dalam menjalani kehidupan ini, ajaran agama Khonghucu mengajarkan kepada umatnya, bahwa apapun yang terjadi adalah karena buah dari perbuatan diri sendiri. Moralitas umat akan terbentuk menjadi baik, bila umat senantiasa membina dirinya dengan mempedomani ajaran agama yang diimaninya. Selain itu untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh harmoni, umat Khonghucu harus senantiasa berupaya membina dirinya agar dapat berhenti pada Tempat Hentiannya masing-masing. Di dalam Kitab Daxue Bab III ayat 2 dan 3 tersurat;


Di dalam Kitab Sanjak (Shujing) tertulis, "Berkicau burung kepodang, hingga jauh di gunung rimbun." Nabi bersabda, "Seekor burung hanya, namun tahu dia Tempat Hentian. Teralahkah Manusia oleh seekor burung?"


Di dalam Kitab Sanjak tertulis, "Sungguh agung dan luhur Raja Wen-Bun, betapa gemilang budinya karena selalu di Tempat Hentian. Sebagai Raja ia berhenti di dalam Cinta Kasih; sebagai menteri berhenti pada sikap Hormat (akan tugas); sebagai anak berhenti pada sikap Bakti; sebagai ayah berhenti pada sikap Kasih Sayang; dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri berhenti pada sikap Dapat Dipercaya."


Peranan agama dalam hidup keseharian umat sangatlah besar. Dalam menjalani rutinitas kehidupan ini, kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Ajaran agama dan mengamalkan ajaran agama adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan rohani bagi umat Khonghucu.


Keseimbangan antara jasmani dan rohani akan menghasilkan harmonisasi dalam kehidupan ini. Dengan mempedomani ajaran agama dalam kehidupan, akan menjadikan kita mampu untuk dapat menghormati dan menghargai perbedaan diantara sesama.


Huang Yi Shang Di. Wei Tian You De. Shanz

Editor: Tim Mimbar Khonghucu

Fotografer: Istimewa

Tags: # Kehidupan # Mimbar Khonghucu

https://kemenag.go.id/khonghucu/peranan-agama-dalam-kehidupan-keseharian-umat-3x23ay

Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda? Ini Jawabannya

 

Berita Terkini

Beranda


News

Konten dari Pengguna

Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda? Ini Jawabannya

Berita Terkini

Penulis kumparan

7 Oktober 2024 20:18 WIB

·

waktu baca 2 menit

Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Ilustrasi Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda, Foto: Unsplash/sarath maroli.

Ilustrasi Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda, Foto: Unsplash/sarath maroli.

ADVERTISEMENT

Apa urgensi agama Islam bagi kehidupan Anda? Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, namun memiliki jawaban yang sangat mendalam. Bagi banyak orang, Islam bukan hanya sebuah keyakinan, tetapi juga panduan hidup yang menyeluruh.


ADVERTISEMENT

Dari cara berperilaku hingga cara berhubungan dengan sesama, agama ini menawarkan pedoman yang memberikan arti dan tujuan dalam setiap aspek kehidupan. Agama Islam juga menghadirkan solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi manusia modern.


Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda?

Ilustrasi Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda, Foto: Unsplash/sarath maroli.

Ilustrasi Apa Urgensi Agama Islam Bagi Kehidupan Anda, Foto: Unsplash/sarath maroli.

Dikutip dari buku Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Mental dan Pembentukan Karakter Kepribadian Anak Kajian Teoritis & Praktis karya Dr. Sarwo Edy, MM dkk (2022: 1), manusia adalah makhluk dinamis, di mana tingkah lakunya berpijak pada motivasi yang bersifat mendorong.


Oleh karena itu, diperlukan sebuah pedoman yang mampu dijadikan sebagai panduan. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan tekanan hidup, ajaran Islam memberikan kedamaian batin dan ketenangan jiwa.


Nilai-nilai seperti kejujuran, kesederhanaan, dan rasa syukur membantu kita untuk tetap berada di jalur yang benar, menjalani hidup dengan bermakna dan penuh keberkahan. Apa urgensi agama Islam bagi kehidupan Anda?


ADVERTISEMENT

Urgensi agama Islam bagi kehidupan seseorang adalah sebagai panduan yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Islam memberikan pedoman moral dan etika yang jelas, yang membantu umatnya mengambil keputusan yang tepat dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebaikan.


Ajaran-ajaran Islam, seperti shalat, puasa, dan zakat, mengarahkan umat untuk membangun hubungan yang baik dengan Allah serta berbuat baik kepada sesama.


Selain itu, Islam memberikan kedamaian batin dan ketenangan di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan. Melalui ajaran untuk berserah diri kepada Allah dan menerima segala takdir dengan sabar dan syukur, umat Islam mendapatkan kekuatan dalam menghadapi ujian hidup.


Nilai-nilai seperti kasih sayang, toleransi, dan keadilan juga membentuk dasar bagi hubungan sosial yang harmonis dan memperkuat solidaritas antarumat manusia.


ADVERTISEMENT

Contoh urgensi agama Islam dalam kehidupan seseorang dapat dilihat dari penerapan salat lima waktu. Salat tidak hanya merupakan kewajiban sebagai bentuk ibadah kepada Allah, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga kedisiplinan dan kedekatan dengan Sang Pencipta.


Melalui salat, seseorang melatih kedisiplinan waktu, memperkuat rasa syukur, dan mendapatkan ketenangan batin yang diperlukan untuk menghadapi tantangan sehari-hari.

https://kumparan.com/berita-terkini/apa-urgensi-agama-islam-bagi-kehidupan-anda-ini-jawabannya-23fTyXla0DT

Arti Kata Islam Secara Etimologis dan Istilah, Simak Pendapat Para Ulama

 serta persaudaraan dan persatuan antara semua umat manusia. Agama ini juga mengajarkan pentingnya pengembangan moral, spiritualitas, serta kegiatan amal untuk mencapai kesempurnaan dan surga di akhirat. Dengan demikian, Islam tidak hanya mengatur aspek spiritual dan keagamaan, tetapi juga memberikan pedoman bagi tata cara hidup yang sejalan dengan tuntutan agama dan kehidupan bermasyarakat.


Lalu apa arti kata Islam? Dari mana kata tersebut berasal? Untuk memahami hal tersebut, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah



Arti Kata Islam Secara Etimologis

Arti kata Islam dapat ditelusuri berdasarkan asal katanya. Islam adalah sebuah kata dalam bahasa Arab yang memiliki beberapa arti. Secara etimologis, Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang berarti taat, tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Allah.


Dalam bahasa Arab, Islam juga berasal dari beberapa kata seperti assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. Kata "assalmu" memiliki arti damai atau perdamaian, sehingga Islam juga bisa diartikan sebagai agama yang damai. Setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian dalam menjalankan ajaran Islam.


Kata "aslama" memiliki arti taat dan berserah diri. Seorang muslim diharapkan untuk berserah diri kepada Allah dan taat dalam mengikuti ajaran Islam.


Kata "istaslama" juga memiliki arti berserah diri. Seorang muslim diharapkan untuk sepenuhnya berserah diri pada kehendak Allah.


Kata "saliim" berarti bersih dan suci. Ini mencerminkan hati seorang muslim yang bersih dan suci, menjauh dari sifat syirik atau menyekutukan Allah.


Terakhir, kata "salaam" berarti selamat atau keselamatan. Islam sebagai agama juga memberikan keselamatan bagi umatnya. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik, Allah akan senantiasa menyelamatkannya baik di dunia maupun akhirat.


Dalam kesimpulannya, Islam memiliki arti sebagai agama yang mengajarkan taat, berserah diri, damai, bersih, suci, dan penuh dengan keselamatan.

https://www.liputan6.com/hot/read/5585259/arti-kata-islam-secara-etimologis-dan-istilah-simak-pendapat-para-ulama?page=3

 

Hanya Islam yang Diterima Sumber https://rumaysho.com/2826-hanya-islam-yang-diterima.html

 Islam telah sempurna, demikian yang harus umat Islam yakini. Islam juga adalah agama yang diridhoi oleh Allah Ta’ala dan bukan agama lainnya, ini pun harus dipahami. Setiap agama mungkin mengklaim, merekalah yang paling benar. Namun karena berdasarkan wahyu dari Allah dengan adanya realita berbagai ragam agama, yang diterima di sisi Allah hanyalah satu yaitu Islam.


Allah Ta’ala berfirman,


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا


“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3).


Ketika Ibnu ‘Abbas membaca ayat di atas, beliau berkata, “Orang Yahudi mengatakan:


لو نزلت هذه الآية علينا، لاتخذنا يومها عيدًا!


Seandainya ayat ini turun di tengah-tengah kami, niscaya kami akan merayakan hari turunnya ayat tersebut sebagai ‘ied (hari besar atau hari raya).” Ibnu ‘Abbas berkata bahwa ayat ini turun saat bertemunya dua hari raya yaitu hari raya ‘ied (haji akbar) dan hari Jum’at.[1]


Beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari ayat di atas:


Pertama: Ajaran Islam telah sempurna sehingga kita tidak butuh pada agama dan nabi yang lain.


Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wukuf di Arafah ketika Haji Wada’, turunlah ayat di atas. Inilah ayat dari Al Qur’an yang diturunkan terakhir. Karena beberapa waktu setelah ayat tersebut turun, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, yaitu setelah beliau kembali ke Madinah selepas pulang dari haji. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, sudah sempurnalah Islam. Demikian penjelasan guru kami, Syaikh Dr. Sholih Al Fauzan.[2]


Seorang ahli tafsir terkemuka –Ibnu Katsir rahimahullah– berkata tentang ayat ini, “Inilah nikmat Allah ‘azza wa jalla yang terbesar bagi umat ini di mana Allah telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam haramkan.”[3]


Kedua: Tidak perlu ada penambahan dan pengurangan dalam ibadah alias kita dilarang berbuat bid’ah (amalan yang tidak ada tuntunan).


Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,


أنه قد أكمل لهم الإيمان، فلا يحتاجون إلى زيادة أبدًا، وقد أتمه الله عز ذكره فلا ينقصه أبدًا، وقد رضيه الله فلا يَسْخَطه أبدًا.


“Allah telah menyempurnakan islam, sehingga mereka (umat Islam) tidak perlu lagi menambah ajaran Rasul –selamanya- dan Allah pun telah membuat ajaran Islam itu sempurna sehingga jangan sampai dikurangi –selamanya-. Jika Allah telah ridho, maka janganlah ada yang murka dengan ajaran Islam –selamanya-.[4]


Ketika Imam Malik rahimahullah membicarakan ayat di atas, beliau juga menyinggung bahaya bid’ah. Beliau berkata,


مَن ابْتَدَعَ في الإِسلام بدعة يَراها حَسَنة ؛ فَقَدْ زَعَمَ أَن مُحمّدا – صلى الله عليه وعلى آله وسلم- خانَ الرّسالةَ ؛ لأَن اللهَ يقولُ : { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ } فما لَم يَكُنْ يَوْمَئذ دينا فَلا يكُونُ اليَوْمَ دينا)


“Barangsiapa yang berbuat bid’ah dalam Islam dan ia menganggapnya hasanah (baik), ia berarti telah mengklaim bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhianati risalah. Karena Allah telah berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu …” Jika di saat Rasul hidup, sesuatu bukanlah termasuk ajaran Islam, maka saat ini juga bukanlah ajaran Islam.”[5]


Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”[6]


Ketiga: Ayat di atas adalah sanggahan untuk orang yang mendiskreditkan Islam dengan mengatakan bahwa Islam tidak cocok untuk setiap zaman dan setiap tempat.


Seperti orang yang mengatakan bahwa Islam itu benar-benar kuno dan tidak cocok lagi untuk zaman saat ini. Jika dikatakan dalam ayat bahwa Islam telah sempurna berarti Islam itu cocok untuk setiap zaman dan tempat. Jika sebagian orang dangkal dalam memahami Islam, maka yang keliru bukan Islamnya, namun karena kedangkalan pikirannya. Jadi Islam itu sempurna dan berlaku untuk setiap zaman bagi para hamba hingga datangnya hari kiamat.[7]


Keempat: Memeluk Islam adalah nikmat yang amat besar, yang patut disyukuri.


Jika dikatakan dalam ayat bahwa Allah telah mencukupkan nikmat-Nya, maka hal ini menunjukkan Islam adalah nikmat yang paling besar bagi seorang hamba. Namun siapa yang menerima nikmat ini, itulah mereka yang bisa mengambil manfaat. Sebaliknya, siapa yang menolaknya, merekalah yang berdosa dan akan mendapat dhoror (bahaya).[8]


Kelima: Allah hanya meridhoi Islam, bukan agama lainnya.


Disebutkan dalam ayat bahwa Allah telah meridhoi Islam sebagai agama. Padahal Islam yang dikatakan telah sempurna sebagaimana disebut di awal ayat. Jadi, Allah telah menyempurnakan Islam, telah meridhoinya dan telah meridhoi hamba-Nya. Sehingga yang diridhoi hanyalah Islam, bukan agama lainnya. Allah Ta’ala berfirman,


إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ


“Agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19).


Setelah datangnya agama yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka agama lainnya seperti Nashrani dan Yahudi, seluruhnya adalah agama yang batil yang tidak diridhoi oleh Allah. Dalam ayat lain disebutkan,


وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ


“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran: 85).


Keenam: Bantahan untuk yang menyatakan semua agama sama.


Ayat yang kita bahas dan dua ayat terakhir yang disebutkan di atas menunjukkan kelirunya pemahaman yang menyatakan semua agama sama. Ada yang mengklaim bahwa Nashrani, Yahudi dan Islam semuanya agama yang benar dan dapat mengantarkan pada Allah karena sama-sama agama samawi yang turun dari langit. Ini jelas pemahaman keliru dan dusta. Karena tidak ada lagi agama yang benar setelah datangnya Islam. Yang benar hanyalah Islam. Setelah datang Islam yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, terhapuslah ajaran agama sebelumnya yaitu Yahudi dan Nashrani. Agama yang lain bisa jadi terhapus atau tergantikan, yang ada dan diridhoi hanyalah satu yakni Islam. Sehingga siapa yang ingin masuk surga, maka peluklah agama Islam. Siapa yang malah mencari agama selain Islam, maka tempatnya di neraka karena ia berarti telah menolak agama yang Allah ridhoi.


Agama Yahudi yaitu ajaran Musa ‘alaihis salam yang saat itu menjadi agama dan tidak menyimpang, maka diterima. Begitu pula agama Nashrani yang tidak menyimpang demikian. Namun setelah datangnya Islam yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ajaran-ajaran sebelumnya terhapus, yang tersisa hanyalah Islam.


Sehingga tidak ada pilihan dan hukumnya wajib untuk mengikuti Islam sebagaimana yang Allah perintahkan dan ini berlaku untuk setiap zaman dan tempat. Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana disebut dalam ayat lainnya,


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)


“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.” (QS. Ali Imran: 31-32).[9]


Semoga Allah beri hidayah pada kita untuk istiqomah dalam Islam. Wallahu waliyyut taufiq.


g

Tuhan Orang Kafir

Membalas Menghina Tuhan Orang Kafir

Artikel yang Terkait

Dalam khutbah Jumat kali ini diajarkan mengenai bagaimanakah kita loyal pada muslim dan non-muslim. Prinsip akidah ini sudah mulai luntur dari diri seorang muslim.

Khutbah Jumat: Prinsip Akidah, Loyalitas pada Muslim dan Non-Muslim

December 8, 2023

Berapa jumlah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?

Berapa Jumlah Para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

June 4, 2023

SETIAP KALI MENYEBUTKAN NIKMAT, PASTI DIPERINTAHKAN UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH

Setiap Kali Menyebutkan Nikmat, Pasti Diperintahkan untuk Beribadah kepada Allah

April 6, 2023

Bagaimana mengenal Nabi Kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam?

Tsalatsatul Ushul: Mengenal Nabi Kita Muhammad, Hari Berbangkit, Pengertian Thaghut, Hingga Jihad

January 17, 2022

2 Komentar

muhammadsays:

October 30, 2014 at 05:30

Assalamualaikum ..ustadz bagaimana caranya agar hilang keragu-raguan trsebut


Reply

Muhammad Abduh Tuasikalsays:

October 30, 2014 at 06:08

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh


Perbanyak doa dan terus belajar.


https://rumaysho.com/2826-hanya-islam-yang-diterima.html

Islam Sebagai Pilihan Hidup (Materi OSDI 2014)

 Home

Berita

Islam Sebagai Pilihan Hidup (Materi OSDI 2014)

25 November 2014, oleh: LPPI UMY

Banyak orang yang memilih Islam karena merasa lebih rasional dan lebih cocok dengan hati nuraninya, tetapi tidak sedikit pula yang memilih Islam karena terpaksa, tidak ada pilihan lain, “ikut-ikutan” pada pilihan orangtua yang sudah Islam lebih dulu. Walaupun mengikuti tradisi (asal tradisi yang baik) akan berdampak yang baik juga, namun karena Allah SWT sudah memberikan potensi akal dan nurani kepada manusia, maka akan lebih baik jika kedua potensi tersebut disyukuri dengan cara memaksimalkan penggunaanya sesuai keinginan Sang Maha Pemberi dan Pengatur, yakni Allah SWT.


Tulisan ini mencoba memaparkan kenapa Islam harus dijadikan sebagai pilihan hidup. Namun sebelum membahas persoalan kenapa Islam yang harus dipilih, maka terlebih dahulu akan dijelaskan makna Islam.


Secara bahasa, اسلام berasal dari kata سَلَم /سِلْم yang berarti selamat (as-salām), damai dan tentram, (al-shulhu wa al-amān), berserah diri (al-istislām), tunduk (al-khudlū’/al-id’zān), patuh (al-thā’ah). Jadi, Islam berarti keselamatan dan kedamaian karena berserah diri hanya kepada Allah SWT yang tidak ada Tuhan selain Dia. Sedangkan Islam menurut istilah adalah dīn atau agama yang bersumber dari Allah SWT yang di bawah melalui para Rasul-Nya, sejak Nabi pertama: Adam as hingga Nabi terakhir: Muhammad saw untuk kemaslahatan manusia di dunia dan di akihirat. Namun karena agama – agama samawi (langit) sudah dirubah oleh manusia sehingga tidak orisinil lagi maka istilah Islām hanya ditujukan kepada apa yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw yakni sesuatu yang ditrunkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih berupa aturan yang berisi perintah, larangan dan petunjuk untuk kemasalahatan manusia di dunia maupun di akhirat kelak. (Lihat himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Kitab Masalah Lima, hlm 278).


Bagi orang yang beriman dan berbekal(berilmu), tentu ada alasan kenapa Allah SWT sampai menegaskan:


إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ


“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Q.S. Ali Imran/3: 119 )


Di antara alasan kenapa Islam satu-satunya yang dianggap sebagai dīn di sisi Allah SWT sehingga pantas dijadikan sebagai pilihan hidup adalah karena:


Islam adalah ajaran Rabbāniyyah(Ketuhanan)

Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw dirancang oleh Allah SWT untuk mengatur hidup manusia demi terciptanya kemaslahatan hidup di dunia maupun diakhirat. Tetapi mustahil hal ini dapat dicapai tanpa memperbaiki hubungan dengan Allah SWT karena akhirnya seluruh manusia akan kembali dan menuju kepada-Nya. Allah SWT berfirman:


 يَاأَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ


“Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh – sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (Q.S. Al-Insyiqaq/84: 6).


Untuk menuju kepada Allah SWT, maka manhaj (metode) yang digunakan haruslah menhaj rabbāni yang murni bersumber dari Allah SWT yang dirisalahkan kepada Rasul-Nya yang terakhir: Nabi Muhammad saw. Murni yang dimaksud di sini adalah ajaran Islam selamat dari penyimpangan dan percampuradukan dengan spekulasi-spekulasi pemikiran manusia, yakni murni sumbernya, murni aqidahnya dan murni syari’atnya. Allah SWT telah menjamin kemurnian sumber ajaran-Nya:


 إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ


“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr/15: 9).


Hanya Al-Qur’an satu-satunya Kitab Suci dari Allah SWT yang masih terpelihara dari perbuatan akibat ulah “jahil” manusia. Kesucian Al-Qur’an dapat terjaga karena memang ada jaminan penjagaan dari Allah SWT. Siapapun -termasuk Nabi seklipun- tidak memiliki wewenang dan kemampuan membuat Al-Qur’an. Allah SWT mengancam Nabi jika berani memalsukan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman: “Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” (Q.S. Al-Haaqqah/68: 43-46)


Islam adalah ajaran Insaniyyah

Jika kita merenungkan aya-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, memikirkan tema-temanya dan fokus perhatiannya, maka kita akan berkesimpulan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan sebagai pedoman hidup untuk manusia. Itulah sebabnya penyebutan manusia di dalam Al-Qur’an disebut berulang kali dengan berbagai istilah seperti: al-Insān sebnyak 63 kali, al-Nās sebanyak 240 kali, Bani Adam sebanyak 6 kali, dan basyar sebanyak 25 kali. Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun saja (Q.S. Al-Alaq: 1-5) kata al-insān di sebut 2 kali.


Selain itu, sosok Nabi yang dikirmkan Allah SWT sebagai teladan dan pemberi kabar untuk umat manusia dari kalangan manusia. Perjalanan hidupnya (biografinya) tercatat dalam sejarah ummat manusia, yang menunjukkan keberdaanya tak terbantahkan oleh sejarah. Dalam banyak kesempatan, Al-Qur’an selalu memperkuat unsur kemanusian Nabi Muhammad saw, seperti:


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa“. (Q.S. Al-Kahfi/18: 110).


Karena Nabi Muhammad saw juga manusia biasa, maka Beliau pantas menjadi teladan bagi semua manusia. (Qs. Al-Ahzab/33: 21).


Hal yang lain adalah rangkaian ibdah mahdlah yang hanya berhubungan langsung dengan tuhan, ternyata selalu dikaitkan dengan perhatian terhadap aspek kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Hal ini bisa kita lihat pada kewajiban shalat yang dikaikan dengan pencegahan terhadap perbuatan keji dan munkar (Q.S Al-Ankabut/29: 45), atau kecelakaan bagi orang yang shalat tapi hanya sekedar formalitas belaka dan enggan memberikan bantuan (Q.S. Al-Maun/107: 4-7). Demikian pula kewajiban zakat / shadaqah yang di samping bertujuan untuk penyucian jiwa dan harta, juga sekaligus untuk menggembirakan orang lain dengan membebaskan/meringankan penderitaan orang lain dari himpitan kefakiran. Ibadat puasa dan hajipun di samping berdimensi ketuhanan juga sekaligus berdimensi kemanusiaan.


Ini menunjukkan bahwa Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan al-Sunnah benar-benar ditujukan untuk manusia sehingga ajarannya disesuaikan dengna fitrah dan kemampuan manusia. Karena Allah SWT Maha Pencipta dan Maha Mengetahui detail keadaan ciptaan-Nya, sehingga dīn al-Islām sebagai syariat/aturan Allah SWT untuk manusia disesuaikan dengan keadaan hamba-Nya.


 لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. Al-Baqarah/2: 286).


Islam mengakui adanya nafsu sex yang dimiliki manusia tetapi bukan untuk dikekang seperti para romo/pastur dan biksu yang tidak menikah (Q.S. Al-Hadid/57: 27 ºp§‹ÏR$t6÷du‘ur $ydqããy‰tGö/$# dan mereka mengada-adakan rahbāniyyah), dan bukan pula untuk diumbar secara secara bebas seperti kaum hedonis. Tetapi nafsu haruslah dikuasai agar bisa dikendalikan dan disalurkan di tempat yang dibenarkan Syar’i, dan bukan sebaliknya, nafsulah yang mengendalikan kita.


Sebagai agama fitrah, Islam pun menyadari bahwa sebagian manusia menyenangi perhiasan dan membolehknanya untuk dimanfaatkan selama poporsional dan tidak berlebihan dalam timbangan agama (Q.S. 7: 31-32).

https://lppi.umy.ac.id/islam-sebagai-pilihan-hidup-materi-osdi-2014/

Islam itu Agama yang Mudah, Mana Dalilnya?

 

Logo NU Online

Pandai AI

Djarum

Syariah

Islam itu Agama yang Mudah, Mana Dalilnya?


Selasa, 12 November 2019 | 15:46 WIB


Islam itu Agama yang Mudah, Mana Dalilnya?

Allah menghendaki kita kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan. (Ilustrasi: isqw.us)


Tulisan ini berawal dari sebuah pernyataan yang kemudian berujung pertanyaan. Pernyataannya adalah Islam itu agama yang mudah dan luas (al-islamu dinun yusrun wus’atun). Sedangkan pertanyaannya adalah mana dalil pendukung pernyataan tersebut dan bagaimana penjabarannya? Apakah pernyataan itu dibenarkan oleh nushush al-syari’ah (teks-teks syariah)?  


 


Untuk menjawabnya, terlebih dahulu kita perlu melacak dari mana pernyataan itu berasal. Ternyata ia langsung dari Baginda Nabi shallallahu‘alaihi wasallam. Ada dalam sebuah hadis dengan sanad sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Di sana beliau menyatakan:  


 


إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ


 


Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).  


 


Maksud hadis ini ialah syariat yang Allah turunkan kepada umat Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mudah dan tidak sulit. Allah telah mengangkat hal-hal yang memberatkan mereka. Sehingga ia tidak memaksa seorang hamba kecuali sesuai kemampuannya. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:  


 


يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ


 


Artinya, “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah [2] : 185).  


 


Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman: 


 


وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ


 


Artinya, “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong,” (Q.S. al-Hajj [22]: 78).


 


Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut, “Allah tidak membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan jalan keluarnya.” (Lihat: Tafsir Ibn Katsir, Damaskus: Dar al-Fikr, tt.: Juz 5, hal. 455).


 


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:


 


إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ


 


Artinya, “Apabila aku perintahkan kepada kalian mengerjakan suatu perkara, maka laksanakanlah semampu kalian,” (HR. al-Bukhari-Muslim).  


 


Sebagai bukti penerapan ayat dan hadis di atas adalah Allah telah banyak menurunkan rukhshah (dispensasi) dalam praktik ibadah, seperti kebolehan berbuka puasa bagi orang sakit atau sedang bepergian jauh pada bulan Ramadlan. Shalat boleh dilaksanakan sambil duduk manakala seseorang tidak mampu berdiri, dan masih banyak lagi rukhshah lainnya. Pertanyaannya, bagaimana kalau ada yang mengatakan bahwa agama itu sulit?


 


Setidaknya ada dua kemungkinan bagi orang yang memiliki anggapan itu. Pertama, ia mungkin takut berjihad sehingga berpaling dari mengikutinya sambil mengatakan agama itu sulit. Contohnya, ia berat mengeluarkan infak dan sedekah, padahal untuk membangun madrasah, membangun fasilitas umum, dan sejenisnya. Orang ini seperti terhijab hatinya dari menyaksikan keindahan dan kemudahan agama Allah SWT. Kedua, ia mungkin sedang mengajukan keberatan bila diajak berkorban dan berjuang bersama.   


 


Dua kondisi ini sudah disindir oleh Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis riwayat Mu‘adz ibn Jabal. Hadis ini secara jelas menggambarkan rukhshah dan kemudahan dimaksud.


  


كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ البَيْتَ


 


Artinya, “Suatu ketika aku bersama Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan safar. Dan saat berjalan aku berada sangat dekat dengan beliau. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasullallah! Ajarkanlah aku suatu amal yang bisa memasukkanku ke surga dan semakin menjauhkanku dari neraka!’ Beliau menjawab, ‘Sungguh kamu telah mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat agung kepadaku. Namun sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dikehendaki oleh Allah. Sembahlah Allah, dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun! Laksanakan shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadhan lalu laksanakanlah haji,” (HR. al-Tirmidzi).


 


Apa indikator bahwa Allah memudahkan seorang hamba dalam melaksanakan agama-Nya?  


 


Sebuah hadis dalam Syarah Riyadh al-Shalihin menyatakan:


 


فأنت تجد المؤمن الذي شرح الله صدره للإسلام يصلي براحة ، وطمأنينة ، وانشراح صدر، ومحبة للصلاة، ويزكي كذلك ، ويصوم كذلك ، ويحج كذلك ، ويفعل الخير كذلك، فهو يسير عليه ، سهل قريب منه


 


Artinya, “Kamu akan menemukan orang mukmin yang dadanya dilapangkan Allah untuk menampung (nilai-nilai) Islam. Ia shalat dengan nyaman, tenang, lapang dada, dan penuh kecintaan kepada shalat. Demikian pula dalam berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji, dan beramal kebajikan lainnya. Dan semua itu dilakukannya dengan mudah, bahkan sangat mudah.” (Lihat: Syarah Riyadl al-Shalihin, Juz 2, hal. 100)  


 


Demikian sekilas penjelasan tentang pernyataan “Islam itu agama yang mudah dan luas.” Pernyataan ini pun ternyata didukung oleh teks-teks syariat. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam.

https://nu.or.id/syariah/islam-itu-agama-yang-mudah-mana-dalilnya-LHzm0

Dalil Kewajiban Muslim Percaya Islam Agama Paling Benar Islam adalah agama yang paling benar menurut risalah Alquran Red: Nashih Nashrullah Rep: Ali Yusuf

 dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam'. 


Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat. 


Kemudian Allah SWT memberitakan, orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. 

https://islamdigest.republika.co.id/berita/qzgyvn320/dalil-kewajiban-muslim-percaya-islam-agama-paling-benar

Apa Makna Islam? admin by admin 26 Juni 2020

 Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan.


Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.


Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.


Penjelasan


Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam kedamaian dengan sikap kepasrahan total kepada Allah SWT, sehingga seorang yang beragama Islam akan mengutamakan kedaiaman pada diri sendiri maupun pada orang lain. Juga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.


Dalam sebuah hadits Nabi SAW dikatakan:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya:


Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari perkataannya, dan dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).


Artikel Terkait Bolehkah Puasa Muharram Bersamaan dengan Vaksinasi Covid

-19?

Tags: Islam

https://mirror.mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28357/apa-makna-islam/

Rabu, 29 Januari 2025

Mengapa Haji dan Umrah Disebut Panggilan?t

 Muhammadiyah

KABAR OPINI HUKUM ISLAM KHUTBAH MEDIA SEJARAH TOKOH ARSIP

Home Artikel

Mengapa Haji dan Umrah Disebut Panggilan ?

by timredaksi 9 bulan ago Reading Time: 2 mins read

A A

Bisakah Menunaikan Ibadah Haji dengan Biaya Orang Lain?

Sebagian umat Islam beranggapan bahwa haji dan umrah merupakan ibadah yang terbatas dilakukan hanya oleh orang-orang kaya harta. Memang salah satu syarat ibadah haji (secara lebih khusus) adalah istitha’ah atau mampu. Walaupun begitu, ternyata banyak orang yang tidak mampu secara finansial atau keuangan ternyata mampu berangkat haji dan umrah tanpa disangka.


Mengapa ada fenomena seperti ini ? Mengapa ibadah haji dan umrah seringkali disebut sebagai panggilan ?


Doa’ Talbiyah


Salah satu ciri khas ibadah haji dan umrah adalah do’a talbiyah yang biasa dilantunkan. Do’a talbiyah seperti “labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbbaik, innal hamda wan ni’mata lak awal mulku laa syarika laka”, atau “labbaik Allahumma labbaik”, dan do’a “labbaik Allahuma ‘umratan” yang dibaca ketika umrah dan berangkat dari Miqat.


MateriTerkait

Alkohol dalam Pandangan Muhammadiyah: Najis atau Tidak?

Mengenal Istihālah dan Istihlāk dan Bagaimana Penerapannya dalam Hukum Islam

Sebelum Laksanakan Salat, Perhatikan Empat Hal Ini

 

Kata “labbaik” berasal dari kata “labba-yulabbi” yang bermakna memenuhi panggilan. Sehingga lafadz ini dalam do’a-do’a talbiyah itu bermakna “kami memenuhi panggilan-Mu” sehingga biasa menjadi salah satu sebab penyebutan ibadah haji dan umrah dengan panggilan haji, meskipun jarang ada penyebutan “panggilan umrah” di masyarakat Islam Indonesia.


Karena memang haji dan umrah sebenarnya merupakan panggilan, siapapun yang diberi kesempatan untuk menunaikannya, pantas untuk disebut sebagai “tamu-tamu Allah”.


Antara Kemampuan dan Kemauan


Haji memang panggilan dari Allah, banyak orang yang lebih mampu dalam finansial, tetapi tidak punya kemauan untuk menunaikannya, tetapi banyak orang yang kurang mampu memiliki kemauan untuk berhaji, dan mereka mampu untuk menunaikannya. Sebagian dimampukan setelah memiliki kemauan, tetapi tidak semua orang yang mampu diberikan kemauan atau terpikir untuk beribadah haji ataupun umrah.


Ikhtiar Tetap Penting


Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima, dan umrah merupakan “haji kecil”. Setiap umat Islam perlu untuk merencanakan dua ibadah ini setidaknya sekali seumur hidupnya. Selain berdo’a kepada Allah, tentu ikhtiar terkait seperti dengan menabung dan semisalnya tetap penting untuk terwujudnya haji ataupun umrah. (Faruqi)


Tags: hajiIbadahmuhammadiyahumrah

Arti Subhanahu Wa Ta'ala, Bolehkah Disingkat SWT? Simak Penjelasan Berikut

 Sering kali kita melihat atau membaca kalimat subhanahu wa ta'ala disingkat menjadi SWT.


Istilah subhanahu wa ta'ala ini mengiringi lafaz Allah. Allah subhanahu wa ta'ala.


Secara bahasa, subhanahu wa ta'ala artinya adalah Mahasuci dan Mahatinggi.


Arti subhanahu wa ta'ala dapat dilihat dalam QS An-Nahl Ayat 1 yang berbunyi: 

 

أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Latin: Atā amrullāhi fa lā tasta'jilụh, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn

 

Artinya: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (kedatangan)-nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari segala sesuatu yang mereka persekutukan.”


Selain itu, arti subhanahu wa ta ala juga dapat dilihat dalam QS Al An’am Ayat 100, berbunyi:


وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ


Latin: Wa ja'alụ lillāhi syurakā`al-jinna wa khalaqahum wa kharaqụ lahụ banīna wa banātim bigairi 'ilm, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yaṣifụn.


Artinya: "Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan), ‘Allah punya anak laki-laki dan perempuan,’ tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”


Serta terdapat juga dalam QS Al Qashash Ayat 68 yang bunyinya:


وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَنَ

 

Latin: Wa rabbuka yakhluqu mā yasyā`u wa yakhtār, mā kāna lahumul-khiyarah, sub-ḥānallāhi wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn.


Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”



Allah Mahasuci artinya Allah disucikan dari segala sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya.


Allah tidak memerlukan sekutu, pendamping, maupun teman dalam memelihara seluruh alam semesta.

Kapan Islam Pertama Kali Masuk ke Indonesia? Ini Penjelasan Serta Buktinya

 Jakarta - Islam saat ini menjadi agama mayoritas di Indonesia. Lantas kapan Islam pertama kali masuk di Indonesia? Dilansir dari detikEdu, ...