Rabu, 29 Januari 2025

Mengapa Haji dan Umrah Disebut Panggilan?t

 Muhammadiyah

KABAR OPINI HUKUM ISLAM KHUTBAH MEDIA SEJARAH TOKOH ARSIP

Home Artikel

Mengapa Haji dan Umrah Disebut Panggilan ?

by timredaksi 9 bulan ago Reading Time: 2 mins read

A A

Bisakah Menunaikan Ibadah Haji dengan Biaya Orang Lain?

Sebagian umat Islam beranggapan bahwa haji dan umrah merupakan ibadah yang terbatas dilakukan hanya oleh orang-orang kaya harta. Memang salah satu syarat ibadah haji (secara lebih khusus) adalah istitha’ah atau mampu. Walaupun begitu, ternyata banyak orang yang tidak mampu secara finansial atau keuangan ternyata mampu berangkat haji dan umrah tanpa disangka.


Mengapa ada fenomena seperti ini ? Mengapa ibadah haji dan umrah seringkali disebut sebagai panggilan ?


Doa’ Talbiyah


Salah satu ciri khas ibadah haji dan umrah adalah do’a talbiyah yang biasa dilantunkan. Do’a talbiyah seperti “labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbbaik, innal hamda wan ni’mata lak awal mulku laa syarika laka”, atau “labbaik Allahumma labbaik”, dan do’a “labbaik Allahuma ‘umratan” yang dibaca ketika umrah dan berangkat dari Miqat.


MateriTerkait

Alkohol dalam Pandangan Muhammadiyah: Najis atau Tidak?

Mengenal Istihālah dan Istihlāk dan Bagaimana Penerapannya dalam Hukum Islam

Sebelum Laksanakan Salat, Perhatikan Empat Hal Ini

 

Kata “labbaik” berasal dari kata “labba-yulabbi” yang bermakna memenuhi panggilan. Sehingga lafadz ini dalam do’a-do’a talbiyah itu bermakna “kami memenuhi panggilan-Mu” sehingga biasa menjadi salah satu sebab penyebutan ibadah haji dan umrah dengan panggilan haji, meskipun jarang ada penyebutan “panggilan umrah” di masyarakat Islam Indonesia.


Karena memang haji dan umrah sebenarnya merupakan panggilan, siapapun yang diberi kesempatan untuk menunaikannya, pantas untuk disebut sebagai “tamu-tamu Allah”.


Antara Kemampuan dan Kemauan


Haji memang panggilan dari Allah, banyak orang yang lebih mampu dalam finansial, tetapi tidak punya kemauan untuk menunaikannya, tetapi banyak orang yang kurang mampu memiliki kemauan untuk berhaji, dan mereka mampu untuk menunaikannya. Sebagian dimampukan setelah memiliki kemauan, tetapi tidak semua orang yang mampu diberikan kemauan atau terpikir untuk beribadah haji ataupun umrah.


Ikhtiar Tetap Penting


Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima, dan umrah merupakan “haji kecil”. Setiap umat Islam perlu untuk merencanakan dua ibadah ini setidaknya sekali seumur hidupnya. Selain berdo’a kepada Allah, tentu ikhtiar terkait seperti dengan menabung dan semisalnya tetap penting untuk terwujudnya haji ataupun umrah. (Faruqi)


Tags: hajiIbadahmuhammadiyahumrah

Arti Subhanahu Wa Ta'ala, Bolehkah Disingkat SWT? Simak Penjelasan Berikut

 Sering kali kita melihat atau membaca kalimat subhanahu wa ta'ala disingkat menjadi SWT.


Istilah subhanahu wa ta'ala ini mengiringi lafaz Allah. Allah subhanahu wa ta'ala.


Secara bahasa, subhanahu wa ta'ala artinya adalah Mahasuci dan Mahatinggi.


Arti subhanahu wa ta'ala dapat dilihat dalam QS An-Nahl Ayat 1 yang berbunyi: 

 

أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Latin: Atā amrullāhi fa lā tasta'jilụh, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn

 

Artinya: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (kedatangan)-nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari segala sesuatu yang mereka persekutukan.”


Selain itu, arti subhanahu wa ta ala juga dapat dilihat dalam QS Al An’am Ayat 100, berbunyi:


وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ


Latin: Wa ja'alụ lillāhi syurakā`al-jinna wa khalaqahum wa kharaqụ lahụ banīna wa banātim bigairi 'ilm, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yaṣifụn.


Artinya: "Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan), ‘Allah punya anak laki-laki dan perempuan,’ tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”


Serta terdapat juga dalam QS Al Qashash Ayat 68 yang bunyinya:


وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَنَ

 

Latin: Wa rabbuka yakhluqu mā yasyā`u wa yakhtār, mā kāna lahumul-khiyarah, sub-ḥānallāhi wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn.


Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”



Allah Mahasuci artinya Allah disucikan dari segala sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya.


Allah tidak memerlukan sekutu, pendamping, maupun teman dalam memelihara seluruh alam semesta.

Sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Dekat Referensi : https://almanhaj.or.id/9593-sifat-allah-subhanahu-wa-taala-maha-dekat.html

 INI AQIDAH SALAF DAN PARA IMAM YANG TERKENAL

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t juga berkata, “Adapun (keyakinan-red) tentang Allâh  itu dekat dan juga mendekat kepada sebagian hamba-Nya, maka (keyakinan-red) ini ditetapkan (atau diyakini) oleh mereka yang meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat ikhtiyariyyah (yaitu sifat-sifat yang ada dengan kehendak Allâh Azza wa Jalla ); juga meyakini bahwa Allâh Azza wa Jalla  akan datang pada hari kiamat, juga turun (ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Ini berarti Allâh Azza wa Jalla  memiliki sifat turun-red); juga meyakini bahwa beristiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy-Nya.  Inilah madzhab (pendapat) para Imam Salaf dan para Imam kaum Muslimin yang terkenal, juga pendapat Ahli Hadits. Riwayat dari mereka tentang ini sampai ke derajat mutawatir (sangat banyak). Pertama kali yang mengingkarinya di zaman Islam adalah golongan Jahmiyah  dan Mu’tazilah yang menyetujui mereka. Mereka sebelumnya telah mengingkari sifat-sifat Allâh  dan sifat ketinggian Allâh  di atas arsy.” [Majmû’ Fatâwâ, 5/466]


Inilah sedikit pembahasan tentang sifat qurb (Maha Dekat) Allâh , semoga menambah semangat kita untuk selalu mendekat kepada Allâh  sehingga meraih keberuntungan di sisi-Nya. Wallâh ul Musta’an.


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

Referensi : https://almanhaj.or.id/9593-sifat-allah-subhanahu-wa-taala-maha-deka

t.html

Islam Sebagai Agama, Bukan Identitas

 Home Profil Informasi Bantuan Program Unggulan Siaga Lintas DAI Cendikia Space PK Online Silaba PAI

Artikel

 Versi Audio

Islam Sebagai Agama, Bukan Identitas


Raden Wahid Ibrahim 

Kontributor

Senin, 18 Maret 2024 | 11:36 WIB


Oleh : Sudarjat,M.Pd. (Guru PAI SMA N 1 Cijeruk, Tim Pusat PPKB GPAI)

Agama berasal dari bahasa Sansekerta, a dan gama, artinya tidak kacau. Dari arti bahasa tersebut dapat dimaknai bahwa agama adalah penataan atau tata aturan agar rapi dan tidak kacau. Menurut etimologi dalam kamus besar bahasa Indonesia agama didefinisikan sebagai sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan amtara manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Dalam tradisi islam, agama disebut dengan “ad-din” yang dapat diartikan sebagai tatanan atau aturan hidup.


Berdasar pada definisi tersebut, maka agama sebenarnya bukan hanya tentang identitas, tetapi lebih kepada tata aturan hidup sesuai dengan cita-cita yang mengajarkannya. Agama lahir dari kebutuhan manusia yang bersifat sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Diperlukan kebutuhan akan sebuah aturan untuk dijalankan secara bersama-sama sehingga terwujud kehidupan bahagia dan harmonis.


Kepercayaan manusia terhadap tuhannya akan melahirkan sistem aturan yang sesuai dengan keyakinannya. Hal ini tergambar dalam perbedaan ritual dari masing-masing agama. Sebuah agama akan selalu berisi tentang tiga hal penting, yaitu keyakinan (keimanan), ritual (syariat), dan akhlak (ihsan/kebajikan). Dalam Islam tergambar dalam hadits tentang agama yang menyatukan 3 hal sebagai rukun agama, iman, islam, dan ihsan. Iman sebagai sebuah keyakinan, Islam sebagai sebuah pembinaan, dan ihsan sebagai sebuah tujuan.


Islam menurut bahasa artinya pasrah atau berserah diri. Islam sebagai sebuah agama adalah tata aturan untuk menjadikan pemeluknya pasrah diatur oleh Allah dan rasulNya. Maka dari itu, seorang muslim berarti adalah orang yang hidupnya pasrah diatur oleh Allah dan rasulNya. Setiap gerak langkahnya tegak lurus terhadap aturan Allah dan rasulNya.


Dalam mewujudkan tatanan Islam, rasulullah bersabda, “Islam dibina/dibangun diatas lima hal, yaitu bersyahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan berhaji ke baitullah jika mampu”. Hadits inilah yang kemudian menjadi dasar ulama menetapkan rukun islam. Apa arti rukun? Rukun adalah sesuatu yang harus ada, jika tidak ada/tidak terpenuhi salah satunya maka dianggap tidak sah. Oleh karenanya, penetapan hadits ini menjadi rukun sepertinya perlu ditelaah lebih mendalam. Selain membiaskan maksud hadits yang sebenarnya, juga membuat hadits ini tidak memberikan makna apa-apa untuk umat islam.


Sejenak mari kita renungi konstruksi hadits tersebut jika diterjemahkan begini, “Islam dibina di atas lima perkara, yaitu engkau berikrar akan membuktikan bahwa tidak ada ilah/tuhan (yang menjadi sembahan/ditaati) selain Allah/tuhan sejati, dan akan membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (yang menjadi contoh/tauladan hidup saya), mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke baitullah jika mampu”.


Rukun Islam adalah sebuah metode pembinaan seseorang untuk menjadi Muslim, yaitu seseorang yang memasrahkan hidupnya diatur oleh Allah dan rasulnya. Kelima rukun tersebut bersifat hirarkis.


Untuk menjelaskan tentang lima metode seseorang menjadi muslim, perlu jelas dulu apa definisi muslim. Selama ini kita memahami bahwa muslim adalah seseorang yang mengaku memiliki identitas agama islam. Padahal jika merujuk pada keterangan dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah tidak membeda-bedakan ajaran para rasulNya, bahkan nabi Ibrahim disebutkan Al-Quran sebagai muslim yang hanif. Kehanifannya itulah kemudian yang diingatkan oleh rasulullah Muhammad dalam shalawat ibrahimiyah yang dibaca setiap kali shalat. “Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad, kama shollaita ‘ala Ibrohim wa’ala aali Ibrahim”. Ini menarik untuk dikaji, kenapa rasulullah memilih Ibrahim tidak nabi-nabi yang lain? Itu semua karena kita mengetahui bahwa hanya nabi Ibrahim yang rela menyembelih anaknya untuk dipersembahkan pada Allah.


Islam sebagai agama (din) adalah tatacara hidup seseorang yang pasrah diatur oleh Allah dan rasulNya. Akhirnya seorang muslim berarti adalah seseorang yang memasrahkan hidupnya diatur oleh Allah dan rasulNya. Untuk menjadi seorang muslim, seseorang dilatih dengan lima latihan.


Pertama, syahadat. Berjanji akan membuktikan (menjadi saksi) bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang ditaati selain Allah dan akan membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Selama ini, syahadat yang kita ucapkan seakan-akan tidak memiliki makna apapun ketika meluncur dari mulut. Padahal dahulu kala, seseorang yang sudah mengucapkan syahadat rela mati untuk mempertahankannya. Ini terjadi karena pembiasan makna dari syahadat yang awalnya adalah bai’at masuk Islam menjadi hanya ucapan tanpa kita mengerti apa sebenarnya yang kita ucapkan. Makna syahadat yang menggetarkan ketika kita mengucapkannya adalah “saya akan menjadi saksi (membuktikan) bahwa tidak ada tuhan (yang disembah, diikuti, ditaati, ditakuti) selain Allah, dan saya akan menjadi saksi (membuktikan) bahwa Muhammad adalah utusan Allah (menjadi contoh dalam setiap perilaku saya)


Kedua, shalat. Shalat adalah latihan memasrahkan kepemilikan diri dan waktu untuk siap diatur oleh Allah. Dalam shalat kita melatih diri pasrah dengan aturan Allah dan rasulNya meliputi waktu dan perilaku kita yang terdiri dari gerakan dan ucapan. Waktu, ucapan dan gerakan shalat yang kita lakukan persis sesuai dengan yang dicontohkan, tidak bisa kita ngarang-ngarang sendiri waktunya, ucapannya atau gerakannya. Inilah latihan lavel dua yang merupakan tiang dari agama.


Latihan rutin, semakin pasrah waktu, ucapan, gerakan shalat kita sesuai yang diatur oleh Allah dan rasulnya semakin tegaklah islam (kepasrahan) dalam diri kita. Maka sebenarnya shalat kita menunjukkan seberapa muslim kita. Shalat berjamaah awal waktu adalah proses awal pembinaan kepasrahan kita pada aturan Allah, dilanjutkan dengan pemahaman kita akan setiap gerakan dan bacaan yang penuh dengan simbol dan sastra. Sehingga akhirnya sampailah kita pada posisi assholatu mi’rajul mukminin, shalat adalah mikrajnya orang-orang mukmin, menikmati shalat sebagaimana kisah Ali bin Abi Thalib yang dicabut panah dari punggungnya di waktu shalat, penuh kekhusuan dan kenikmatan.


Ketiga, zakat. Pembinaan tahap selanjutnya adalah memasrahkan kepemilikan kita terhadap harta dengan mengeluarkan zakat. Setelah kita mampu memasrahkan waktu, ucapan dan gerak kita siap diatur Allah, selanjutkan kita membina diri dengan mengeluarkan sesuatu yang sudah kita dapatkan. Ini level lebih berat dibanding shalat, karena harta sudah masuk dalam perangkap milik. Harta kita cari dengan susah payah, lalu Allah bilang keluarkanlah hartamu. Disinilah diuji lagi kepasrahan kita terhadap keakuan dan kepemilikan. Semakin kita terlepas dari keterikatan terhadap kepemilikan, semakin meningkatlah kualitas keislaman kita.


Keempat, puasa ramadhan. Puasa ramadhan adalah ritual/latihan menjadi muslim pada level lebih berat dari zakat. Pada level ini kita menyerahkan jiwa raga untuk ikut aturan Allah dengan puasa. Selama sebulan kita melatih diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan seks, tidak berbuat maksiat, tidak mendzalimi orang lain dan ditutup dengan mengeluarkan zakat fitrah. Puasa ramadhan melatih jiwa raga kita untuk pasrah dengan aturan, tidak makan sebelum magrib, kita ikuti walaupun terbuka kesempatan untuk berbuka kapan saja, tapi kita bertahan demi menunjukkan ketaatan/kepasrahan kita kepadaNya.


Kelima, Haji. Level selanjutnya adalah haji. Dengan haji kita meninggalkan seluruh kepemilikan kita terhadap duniawi untuk menghadap Allah. Hanya kain ihram tidak berjahit yang dipakai melambangkan kain kafan. Suami, istri, anak, cucu, harta, jabatan, kampung halaman, semua kita tinggalkan untuk menuju Allah. Dalam proses ritualnya pun, sangat menguras tenaga, rela mati di jalan Allah. Maka wajar kemudian rasulullah menyebutkan jika mampu. Ini artinya, jika kalian mampu lepaskan semua selain Allah, itulah haji.


Akhirnya, rukun islam sebagai tirakat/pembinaan/pembiasaan untuk hidup pasrah pada aturan Allah dan rasulNya menjadi indikator kualitas keislaman kita. Semakin kecil peran kita dalam mengatur ritual-ritual tersebut, akan semakin meningkat kualitas keislaman kita. Maka dari sini, jelaslah antara Islam sebagai identitas dan sebagai agama. Semoga Allah mengampuni jika ada tulisan ini yang tidak sesuai dengan harapanNya. Amin.


Editor: Nasukha Fotografer: Admin 

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Saw hingga Diangkat Menjadi Rasul

 

Home

Nasional

Politik Hukum & Kriminal Peristiwa Pilkada 2024 Info Politik

Internasional

Asean Asia Pasifik Timur Tengah Eropa Amerika

Ekonomi

Keuangan Energi Bisnis Makro Corporate Action

Olahraga

Sepakbola Moto GP F1 Raket

Teknologi

Teknologi Informasi Sains Telekomunikasi Climate

Otomotif

Tren Mobil Motor E-Vehicle Commercial Info Otomotif

Hiburan

Film Musik Seleb Seni Budaya Music At Newsroom

Gaya Hidup

Health Food Travel Trends

Fokus

Kolom

Terpopuler

Infografis

Foto

Video

TV

Indeks

Download Apps

Ikuti Kami


Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Otomotif Hiburan Gaya Hidup Fokus Kolom Terpopuler Infografis Foto Video Indeks

Home Edukasi Kampus

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Saw hingga Diangkat Menjadi Rasul

CNN Indonesia

Kamis, 12 Sep 2024 09:00 WIB


Ilustrasi. Kisah kelahiran Nabi Muhammad Saw hingga diangkat menjadi rasul. (Diolah dari iStock)

Jakarta, CNN Indonesia -- Nabi Muhammad Saw merupakan sosok yang penting bagi umat Islam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah ke muka bumi.

Umat Islam perlu mengetahui kisah kelahiran Nabi Muhammad hingga beliau diangkat menjadi rasul Allah. Berikut ringkasannya.


Lihat Juga :


MUKJIZAT NABI

10 Mukjizat Nabi Muhammad SAW, Al Quran sebagai Anugerah Terbesar

Kisah hidup Nabi Muhammad Saw dari lahir hingga dewasa

Muhammad dilahirkan dari dari keluarga suku Quraisy, tepatnya Bani Hasyim. Ibunya bernama Aminah binti Wahab melahirkan Muhammad pada 12 Rabiulawal Tahun Gajah atau sekitar 570 M. 


Disebut Tahun Gajah lantaran terjadi peristiwa penyerbuan pasukan Raja Abrahah yang menggunakan gajah hendak menghancurkan Ka'bah.


Merujuk Modul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) Kemdikbud, Muhammad ditinggal wafat ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, saat masih dalam kandungan ibunya.


Setelah lahir, Muhammad kecil diserahkan kepada Halimah, seorang wanita dari Bani Sa'ad untuk disusui dan diasuh. Kala itu, banyak wanita Arab baru melahirkan yang bekerja menyusui bayi yang baru lahir.


Halimah menyusui Muhammad sampai sempurna dua tahun. Muhammad dikembalikan kepada Aminah setelah berusia empat tahun. Setahun kemudian, ibunya meninggal dunia.


Sepeninggal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian kakeknya pun wafat. Kemudian Muhammad yang masih berumur delapan tahun diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.


Seperti Abdul Muthalib, Abu Thalib sangat disegani oleh orang Quraisy dan penduduk Mekah walaupun bukan tergolong saudagar kaya.


Muhammad muda hidup sebagai penggembala kambing keluarganya. Ketika berusia 12 tahun, Muhammad diajak Abu Thalib melakukan perjalanan ke negeri Syam untuk berdagang.


Menukil NU Online, di daerah Bushra, Syam, mereka bertemu Buhaira, seorang pendeta Nasrani yang sangat menguasai Injil dan ajaran Yahudi.


Dari pertemuan itu, Buhaira melihat tanda-tanda kenabian Muhammad. Buhaira juga khawatir orang Yahudi akan berbuat jahat padanya apabila mereka mengetahui tanda kenabiannya.


Mendengar penjelasan Buhaira, Abu Thalib bergegas membawa Muhammad pulang ke Mekah. (Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah. [Beirut: Dar al-Fikr 2020], h. 63).


Kisah pertemuan Rasulullah dengan Buhaira tersebut diriwayatkan oleh semua ulama ahli sejarah. Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, pun memiliki pengetahuan tentang kenabian Muhammad dan tanda-tandanya melalui berita dalam kitab Taurat dan Injil.


Selama hidupnya, Muhammad dikenal sebagai sosok yang jujur, penuh tanggung jawab, dan bijaksana. Masyarakat Mekah menjuluki Muhammad sebagai Al Amin atau orang yang dapat dipercaya.


Ketika Muhammad berusia 25 tahun ia menikahi Khadijah, yang berusia 40 tahun. Mereka dikaruniai 6 anak, yaitu Qasim, 'Abdullah, Ruqayah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Fatimah.

Kisah Isra Miraj Lengkap: Perjalanan Rasulullah SAW Menuju Sidratul Muntaha


Makassar - Isra Miraj adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam. Kisah Isra Miraj yang menggambarkan perjalanan Rasulullah SAW menuju Sidratul Muntaha menjadi bukti nyata kekuasaan Allah SWT.

Peristiwa ini juga menjadi tonggak sejarah pertama kali diterimanya perintah sholat lima waktu bagi umat muslim. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits sahih telah mengabadikan kisah Isra Miraj.


Melalui peristiwa ini, umat Islam dapat mengambil banyak hikmah yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kisah Isra Miraj lengkap mengenai perjalanan Rasulullah SAW menuju Sidratul Muntaha.

Mengutip Buku Dardir Bainama (Qisah Isra Mi'raj), yang merupakan terjemahan dari Kitab Dardir Baunama Qishshat-ul-Mi'raj oleh Syaikh Najmuddin al-Ghaithi, perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi'raj berlangsung pada malam 27 Rajab tahun ke-11 kenabian. Pada malam itu, Rasulullah SAW tengah berbaring menyamping di Hijir Ismail, yang terletak di dekat Ka'bah.


Saat sedang beristirahat, tiga malaikat mendatanginya, yaitu Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Ketiga malaikat tersebut membawa Rasulullah ke sumur Zamzam, lalu membaringkannya di sana.


Dalam riwayat lainnya, disebutkan bahwa pada malam tersebut, atap rumah Nabi SAW tiba-tiba terbuka. Malaikat Jibril masuk dan membedah dada Rasulullah untuk menyucikan hati dan batin beliau menggunakan air Zamzam yang dibawa dalam bokor emas oleh Malaikat Mikail.


Setelah pembersihan ini selesai, bokor emas tersebut diisi dengan hikmah dan iman, kemudian dituangkan ke dalam hati Rasulullah SAW. Hal ini dimaksudkan agar hati beliau dipenuhi sifat-sifat mulia, seperti kesabaran, keilmuan, keyakinan, dan keislaman. Setelah selesai, tubuh Nabi Muhammad SAW dikembalikan seperti semula.


Baca juga:

37 Ucapan Isra Miraj 2025 Berkesan, Bisa jadi Inspirasi Tingkatkan Keimanan

Selanjutnya, Nabi Muhammad diminta menaiki Buraq, yakni makhluk berwarna putih dengan bulu yang indah. Ukurannya lebih besar daripada keledai tetapi lebih kecil daripada baghal. Kendaraan ini akan membawa Nabi dalam perjalanan Isra Mirajnya. Malaikat Jibril berada di sisi kanan Rasulullah, sementara Malaikat Mikail berada di sisi kirinya.


Di tengah perjalanan, Rasulullah beberapa kali berhenti untuk melaksanakan salat sunnah atas perintah Malaikat Jibril. Beberapa tempat yang disinggahi Nabi Muhammad memiliki makna besar, seperti Madinah, yang kelak akan menjadi tempat hijrah beliau; pohon tempat Nabi Musa AS berteduh saat melarikan diri dari kejaran Fir'aun; Bukit Thursina, tempat Nabi Musa AS menerima wahyu; dan Bethlehem, tempat kelahiran Nabi Isa AS.


Tak hanya itu, dalam perjalanan tersebut, Rasulullah juga diperlihatkan berbagai peristiwa yang menimbulkan pertanyaan. Setiap peristiwa yang dilihatnya mengandung pelajaran tentang perintah dan larangan Allah SWT, seperti kewajiban menunaikan zakat serta bahaya zina dan riba.


Perjalanan itu akhirnya berhenti di Baitul Maqdis (Palestina), melalui pintu gerbang Al-Yamani. Setelah turun dari Buraq, Malaikat Jibril mengumandangkan azan. Para nabi dan rasul yang diutus Allah SWT kemudian berkumpul untuk melaksanakan salat berjemaah, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai imamnya.

Maulid Nabi Muhammad

 Maulid Nabi Muhammad kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد النبي, translit. Maulid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Islam Muhammad, yang menurut tradisi sebagian Sunni jatuh pada 12 Rabiulawal[2] dan Syiah pada 17 Rabiulawal[3][4] dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah kematian Muhammad. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Muhammad

Makna Tanggung Jawab Dalam Islam 02 May 2020 Article By : Sukron Ma’mun

 Tanggung jawab adalah ‘keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Demikian makna tanggung jawab dalam kamus Bahasa Indonesia. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya


Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia bertanggung jawab karena menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya. Ia menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Apabila ditelaah lebih lanjut, tanggung jawab merupakan kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan kita kepada orang lain, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain kepada kita.


Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan


Berbicara tentang tanggung jawab manusia menurut al-Qur’an, memperhatikan surat al-Mukminun ayat 115 ditemukan bahwa manusia adalah makhluk fungsional dan bertanggungjawab atau dengan kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-siaan. Tanggung jawab manusia tersebut meliputi tanggung jawab terhadap Allah Sang Pencipta, diri pribadi, keluaga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tanggung jawab terhadap alam.

Pengertian Islam: Tingkatan Islam, serta Perintah dan Larangan Agama Islam

 Pengertian Islam – Islam adalah salah satu agama yang dianut dan diakui di Indonesia. Tak hanya itu, Islam mempunyai makna mendalam yang perlu grameds tau, khususnya bagi yang beragama Islam. Agama Islam juga telah dianut dan diakui di berbagai negara.


Agama Islam juga tercatat menjadi agama dengan jumlah pengikut terbanyak di dunia. Meskipun begitu, masih banyak kaum muslimin yang belum memahami apa arti Islam yang sebenarnya.



Pengertian secara bahasa maupun diambil dari Al-Qur’an, dan juga hasil ijtihad dan pemahaman para ulama. Untuk memahami kamu bisa membaca artikel ini sampai selesai ya.


Selain untuk menambah wawasan, menambah ilmu pengetahuan tentang Islam dan juga dengan mengetahui arti Islam yang sebenarnya akan membuatmu lebih cinta Islam dan meningkatkan keimanan. Karena, ada makna mulia yang terkandung dalam kata “Islam”.



Lalu, apa pengertian Islam secara detail menurut bahasa dan istilah? Mari kita simak dalam artikel dibawah ini.



Daftar Isi 

Pengertian Islam 

Tingkatan Islam

1. Tingkatan Pertama adalah ISLAM 

2. Tingkatan Kedua adalah IMAN

3. Tingkatan Ketiga adalah IHSAN

Perintah Dan Larangan Dalam Islam 

Perintah Dalam Agama Islam 

Larangan Dalam Agama Islam 

Kesimpulan 

Kategori Ilmu Berkaitan Agama Islam

Materi Agama Islam

Pengertian Islam 


pexels.com/Michael Burrows


Kata Islam sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Islam menjadi salah satu agama yang paling banyak pengikutnya, termasuk di Indonesia. Terkadang, kata Islam sering dihubungkan dengan kata muslim. Padahal, keduanya memiliki arti yang berbeda satu sama lain. Islam sendiri merujuk sebuah Agama, sedangkan muslim merupakan sebutan bagi orang yang menganut agama Islam.



Pengertian Islam secara harfiah yaitu damai, tunduk, bersih, dan selamat. Sementara itu, arti Islam secara bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang memiliki arti berserah diri kepada Allah, patuh, tunduk, dan taat.


Sedangkan jika dilihat asal katanya, Islam dapat diterjemahkan dari asal kata assalamu, saliim, istaslama, salaam, dan aslama. Apa arti masing-masing kata tersebut? Berikut penjelasannya:



Assalamu: Memiliki arti damai atau perdamaian. Islam merupakan agama yang damai, dan setiap umat muslim seharusnya menjaga perdamaian.

Saliim: Memiliki arti bersih dan suci. Hal ini adalah gambaran hati seorang muslim yang harusnya bersih dan suci, serta tidak melakukan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah.

Istaslama: Memiliki arti berserah diri.

Salaam: Memiliki arti selamat atau keselamatan. Islam merupakan agama yang penuh keselamatan. Apabila seorang muslim menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya, maka Allah akan menyelamatkan hidupnya di dunia dan diakhirat.

Aslama: Memiliki arti taat atau berserah diri. Maka seorang muslim hendaknya taat dan berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Syaikhul Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan makna Islam, yaitu;


الاستسلام لله بالتوحيد، والانقياد له بالطاعة، إذلالا وخضوعا


“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, dan taat serta patuh kepada-Nya, dengan penuh ketundukan dan perendahan diri.”



Itulah makna Islam. Apabila seseorang berkata aslama fulanun li fulanin, maka itu artinya fulan patuh dan tunduk pada si fulan serta akan menuruti apa yang diinginkannya. Dalam konteks Islam, maka maknanya taat dan patuh, serta berserah diri kepada Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-Nya dan memurnikan amalan hanya untuk Allah Ta’ala. Menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.



Allah Azza wa Jalla berfirman :


إنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ



“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.” [QS. Al Imran: 19].


Dan setiap orang yang memeluk Islam disebut Muslim, sebab ia patuh dan tunduk kepada Allah Ta’ala, dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.



Dalam agama ‘Islam’ , mencakup segala apa yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa ta’ala dan Rasul-Nya, seperti mendirikan sholat, menunaikan puasa, membayar zakat, pergi haji, dan ibadah lainnya. Semua ini dapat dinamakan Islam. Allah Ta’ala berfirman:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا



“pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah kusempurnakan bagimu nikmat dari-Ku, dan Aku telah ridha Islam sebagai agamamu.”


[QS. Al-Maidah : 3].

Dalam surah lain, Allah Ta’ala juga berfirman :



وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ


“barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima. Dan ia kelak di akhirat akan menjadi orang yang merugi.” [QS. Al-Imran : 85].



Jadi, setiap Muslim yang taat, patuh, dan berserah diri kepada Allah Ta’ala dapat tercermin dari perkataannya, keyakinannya, dan amalannya. Dan agama Islam yang benar adalah yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.


Grameds bisa membaca buku Pelajaran Agama Islam 3 pelajaran tentang agama Islam ini untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang agama Islam yang mencakup segala aspek.Beli buku terlaris online






 



Tingkatan Islam

pexels.com/Talha Sungu


Seperti yang telah kita ketahui bahwa prinsip dalam agama Islam yang wajib diamalkan oleh kaum muslimin ada 3, yaitu :


Mengenal Allah Subhanahu Wa ta’ala

Mengenal Agama Islam dengan hadist atau dalil-dalilnya

Mengenal Nabi-Nya, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Mengenal landasan dari prinsip agama Islam.

Dalam mengenal landasan dari prinsip agama Islam terdapat 3 tingkatan, yakni Islam, Iman dan Ihsan. Pada tiap tingkatannya memiliki rukun yang harus diketahui oleh setiap muslim. Berikut penjelasan setiap tingkatannya.


1. Tingkatan Pertama adalah ISLAM 

Agama Islam mempunyai 5 rukun, yaitu :


Mengucap dua kalimat syahadat (bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah)

Mendirikan shalat

Membayar zakat

Menunaikan puasa di bulan suci Ramadhan

Dan Menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika mampu

Kelima rukun Islam tersebut sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


اْلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.


“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu menuju ke sana.”


Dan juga sabda lain Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu :



بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ.


“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah.”


2. Tingkatan Kedua adalah IMAN

Definisi dari iman menurut para ulama Ahlus Sunnah mencakup perbuatan dan juga perkataan, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, mengucapkannya dengan lisan, dan mengamalkannya. Hal ini bisa menambah ketaatan seseorang atau bahkan berkurang karena perbuatan dosa dan maksiat mereka.


Iman juga memiliki beberapa tingkatan, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:


َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ


“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaaha illallaah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.”


Hadist tersebut menunjukkan ada beberapa cabang iman dalam Islam, mulai dari yang tertinggi hingga terendah. Namun, ada rukun iman yang harus diketahui oleh setiap muslim. Rukun Iman tersebut ada 6, yaitu :


Iman kepada Allah

Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah

Iman kepada Kitab-Kitab Allah

Iman kepada Rasul-Rasul Allah

Iman kepada Hari Kiamat

Iman kepada Qadha dan Qodar (takdir baik dan buruk)

Keenam rukun iman tersebut sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu dari pertanyaan Malaikat Jibril Alaihissalam kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu :


أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ اْلآخِِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.


“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk.”


3. Tingkatan Ketiga adalah IHSAN

Pada tingkatan yang ke 3 yaitu Ihsan. Ihsan memiliki satu rukun yakni seseorang beribadah kepada Allah Ta’ala seakan-akan ia melihat-Nya, jika ia tidak melihat-Nya, maka sungguh Allah Azza wa Jalla melihatnya.


Hal ini dikisahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, dalam jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ditanya oleh Malaikat Jibril Alaihissalam tentang Ihsan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :


أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.


“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”


Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa makna ihsan secara bahasa yaitu memperbaiki amal, menekuninya dengan sungguh-sungguh, dan mengikhlaskannya. Sementara, menurut syari’at Islam, pengertian ihsan ini sesuai perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadist.


Maksudnya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan ihsan bersifat memperbaiki lahir dan batin, dan menghadirkan kedekatan dengan Allah Ta’ala, yaitu seakan-akan Allah berada dekat di hadapanmu dan Allah melihatmu.


Hal tersebut tentu mengandung rasa cemas, takut, dan juga pengagungan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala. Sehingga seseorang mengikhlaskan ibadahnya hanya untuk Allah Ta’ala dengan cara memperbaikinya dan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk menyempurnakannya.


Grameds ingin belajar lebih dalam tentang Islam? Kamu bisa membaca buku Ringkasan Fiqih Islam : Ibadah & Muamalah, untuk memahami bagaimana konsep ibadah dan muamalah dalam agama Islam untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari dalam beribadah dan menjalin hubungan antar sesama.






 


Perintah Dan Larangan Dalam Islam 

Islam adalah agama yang lurus, mudah dan sempurna. Semua perkara dan permasalahan kehidupan manusia telah diatur dalam kitab suci Al-Quran. Lalu, apa saja perintah dan larangan dalam agama Islam?


Perintah Dalam Agama Islam 

Islam memerintahkan untuk memurnikan ajaran dengan bertauhid secara murni, yaitu tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wa ta’ala dan hanya menyembah dan beribadah kepada Allah saja.

Islam memerintahkan juga untuk berakidah dengan benar, yaitu sesuai dengan pemahaman para Sahabat Rasulullah yang mendapat petunjuk. Yang demikian lebih mulia dan aman dari terjerumusnya akidah yang menyimpang dan kesesatan.

Islam memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita, menyayanginya dan menghormatinya.

Islam mengajarkan kita untuk menyambung tali silaturahmi dan menghormati tetangga.

Islam mengajarkan agar kita berupaya dan berbuat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan kaum muslimin yang kurang mampu, yaitu dengan membantu meringankan beban mereka dan meminimalisir kesengsaraan mereka.

Islam mengajarkan agar memberi ucapan salam terlebih dahulu kepada setiap muslim jika bertemu, dan saling tolong menolong dalam kebaikan.

Islam mengajarkan agar menjenguk orang yang sedang sakit, mendo’akan sesama muslim, mengantar jenazah, dan berziarah kubur.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ


“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” (Para Shahabat bertanya), “Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Apabila engkau berjumpa dengannya, maka ucapkanlah salam, bila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya, bila ia meminta nasihat, maka nasihatilah, bila ia bersin lalu mengucapkan tahmid (alhamdulillah), maka do’akanlah (dengan ucapan: ‘Yarhamukallaah’), bila ia sakit, maka jenguklah, dan bila ia wafat, maka antarkanlah jenazahnya (ke pemakaman).”


Islam mengajarkan agar berlaku adil dan mencintai sesama muslim sebagaimana mencintai diri kita sendiri.

Islam mengajarkan berikhtiar dalam mencari rezeki, hal ini untuk mengangkat derajat posisi yang lemah dan hina serta menjaga kehormatan diri.

Islam mengajarkan agar setiap muslim berlaku amanah (dapat dipercaya), berbaik sangka (husnu zhan), menepati janji, berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau dalam segala perkara.

Larangan Dalam Agama Islam 

Islam melarang syirik, baik syirik kecil maupun syirik akbar. Bahkan perbuatan syirik ini merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah Azza wa Jalla. Maka jauhilah syirik, Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Allah mengampuni (dosa) selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisa’ (4) : 48].

Islam melarang kekafiran, kedurhakaan, mengikuti hawa nafsu tercela, dan kefasikan.

Islam melarang bid’ah, yaitu mengadakan suatu ajaran atau ibadah baru dalam agama.

Islam melarang riba, segala transaksi riba dan melarang memakan harta riba. Allah Ta’ala melaknat semua orang yang melakukan transaksi riba, makan riba, saksinya, wakilnya, dan penulisnya.

Islam melarang umatnya memiliki sifat takabur, hasad, ujub (bangga diri), dengki, memaki dan mencela orang lain, dan tidak boleh mengganggu tetangga.

Islam melarang perbuatan seperti menggunjing (ghibah), yaitu membuka, membicarakan aib dan keburukan orang lain.

Islam melarang perbuatan adu domba (namimah), yaitu memprovokasi antar sesama untuk bermusuhan dan bertengkar sehingga menimbulkan kegaduhan dan kerusakan.

Islam melarang banyak bicara, apalagi hal yang tidak berguna atau membicarakan berita yang belum tentu benar, dan menyebarluaskan rahasia orang lain, menganggap remeh dan memandang rendah orang lain.

Islam melarang perbuatan mencaci-maki, mengolok-olok, mencela, mengutuk, dan ungkapan-ungkapan buruk lainnya. Dilarang memanggil orang lain dengan sebutan atau panggilan yang buruk.

Islam melarang kita banyak bertengkar, bercanda yang hina, berdebat, dan meremehkan dan merendahkan orang lain.

Islam melarang pengkhianatan, perbuatan fitnah, ingkar janji yang menyebabkan ketidakpastian bagi orang lain.

Islam melarang perbuatan durhaka, baik kepada kedua orang tua, guru, dan para orang tua lain.

Islam melarang memutus hubungan silaturahmi, baik dengan tetangga, sanak saudara, kerabat famili terdekat, maupun teman sesama muslim.

Islam melarang berburuk sangka, dan perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain.

Islam melarang mencukur alis, mengerik bulu wajah, menyambung rambut, membuat tato, dan membuka aurat.

Islam juga melarang minuman keras (khamr), perjudian dan melarang memperjualbelikan atau mengkonsumsi narkoba.

Islam melarang perbuatan curang dalam takaran timbangan (jual-beli), promosi palsu dan dusta, serta menggunakan harta untuk hal yang diharamkan.

 Islam melarang permusuhan dan perbuatan saling menjauhi antar sesama, sifat acuh, dan saling bermusuhan, serta tidak boleh membiarkan seorang muslim tidak menyapa saudaranya lebih dari 3 hari.

Islam melarang perzinahan, lesbian, LGBT, homoseks, dan segala perbuatan tercela yang menyimpang. Dan juga dilarang membunuh, karena itu semua diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Islam melarang menyuap orang lain atau menerima uang sogokan (uang suap).

Kita harus hidup sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah ya Grameds, hidup dengan akhlak yang mulia, dan senantiasa menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang. Kamu bisa belajar bagaimana cara Rasulullah hidup dengan akhlak yang mulia melalui buku 24 Jam Menapaki Jejak Rasul (Tuntunan Hidup Islami).






Itulah beberapa perintah-perintah dan larangan-larangan dalam agama Islam yang harus Grameds terapkan.


Kesimpulan 

Dengan mempelajari dan mengetahui indahnya Islam, maka menjadi bukti kebenaran bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama terbaik yang diterima di sisi Allah Subhanahu Wa ta’ala.


Demikianlah ulasan singkat mengenai pengertian Islam, tingkatan Islam, serta berbagai perintah dan larangannya. Semoga kita senantiasa menjadi muslim yang baik ya, Grameds. Aamiin.


Jika sobat grameds membutuhkan buku-buku terkait agama Islam, maka Gramedia.com siap menemani dan mengisi bacaan kalian dengan buku-buku yang tersedia di Gramedia. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.


Penulis : Veronika Novi


Rujukan :


https://mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28357/apa-makna-Islam/

https://www.google.com/amp/s/www.brilio.net/amp/wow/pengertian-Islam-menurut-bahasa-alquran-hadits-dan-ulama-200423k.html

https://almanhaj.or.id/3192-pengertian-Islam-dan-tingkatannya.html

https://muslim.or.id/26891-makna-Islam.html

 


Kategori Ilmu Berkaitan Agama Islam

Buku Sejarah Agama Islam & Peradaban Islam

Buku Islami Best Seller Terbaru

Best Seller Buku Agama Islam

Best Seller Buku Surat Juz Amma Anak

Best Seller Buku Tafsir Ibnu Katsir

Materi Agama Islam

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu

Adab Makan dan Minum dalam Islam

Allahu Akbar Kabiro Takbiran

Ayat Al-Qur'an Tentang Surga Dan Neraka

Bacaan Ijab Kabul Bahasa Arab

Bilal Tarawih

Pengertian Khutbah

Ceramah Singkat Tentang Sabar

Ceramah Singkat Tentang Jujur

Beberapa Pidato Isra Mi'raj

Ceramah Singkat Tentang Ilmu

Cara Mendidik Anak Ala Rasulullah

Cara Jadi Cerdas ala Rasulullah yang Mudah

Contoh Khotbah Jumat Singkat untuk Pelajar

Dakwah

Doa yang Paling Cepat Dikabulkan oleh Allah SWT

Dosa Zina

Hal Yang Bisa Membatalkan Puasa

Hadits Tentang Sabar

Hadits Tentang Toleransi

Hadits Memelihara Jenggot

Hablum Minallah Dan Hablum Minannas

Hukum Pacaran saat Bulan Ramadan

Hukum Memotong Jenggot Menurut Islam

Hukum Memotong Kuku saat Puasa

Nama-nama Istri Nabi Muhammad SAW

Amalan Pada Bulan Dzulhijjah

Keutamaan Bulan Rajab

Doa Pernikahan yang Penuh Makna

Ikhtiar

Islam

Ilmu Fiqih

Isra Mikraj

Jazakallah Khairan Katsiran

Kalamullah

Keutamaan Beristighfar

Mustahik

Niat Puasa Tarwiyah

Niat Mandi Wajib bagi Pria

Niat Mandi Idul Adha

Pedang Zulfikar

Perilaku Tawakal

Puasa Sunnah

Puasa Wajib

Sekufu

Sholawat Ibrahimiyah

Tata Cara Bersuci dari Hadas dan Najis

Talak

Tawasul

Tuma'ninah

Sahabat Nabi Muhammad

Sifat Syaja’ah

Syaja’ah

Sujud Syukur

Sunan Muria

Tujuan Tayamum

Hikmah Beriman Kepada Hari Kiamat

Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar

Yaumul Mizan

Halalan Thayyiban

Dalil Tentang Sedekah Dalam Al-Qur'an

Dalil Tentang Ikhlas Dalam Al-Qur'an

Sunnah Muakkad

Arti Barakallah Fiikum

Contoh Ucapan Idul Fitri

Pola Hidup Sehat ala Rasulullah

Urutan Surat dalam Al-Quran



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, 

Rabu, 22 Januari 2025

Kisah Pemuda Muslim yang Menginspirasi: Menghidupkan Sunnah di Tengah Modernitas


   Di era modern yang serba cepat, tantangan untuk mempertahankan identitas sebagai seorang Muslim semakin besar. Namun, di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, ada banyak pemuda Muslim yang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam dan berusaha menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ dalam kehidupan sehari-hari. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan budaya modern.

Salah satu contoh nyata adalah Abdullah, seorang mahasiswa teknik yang aktif dalam kegiatan dakwah kampus. Meskipun sibuk dengan jadwal kuliah yang padat, Abdullah tetap meluangkan waktu untuk mengamalkan sunnah-sunnah kecil, seperti memberi salam, tersenyum kepada orang lain, dan menjaga adab dalam berbicara. Ia juga memanfaatkan media sosialnya untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan mendorong teman-temannya untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Hal serupa juga dilakukan oleh Aisyah, seorang pengusaha muda yang menjalankan bisnis fashion muslimah. Dalam usahanya, ia tidak hanya mempromosikan pakaian yang sesuai syariah, tetapi juga mengedukasi pelanggannya tentang pentingnya menjaga aurat. Baginya, bisnis bukan hanya soal mencari keuntungan, tetapi juga tentang membawa nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat.

Pemuda Muslim sering menghadapi tantangan berupa tekanan sosial dan budaya. Di satu sisi, mereka ingin tetap relevan dengan tren zaman, tetapi di sisi lain mereka harus menjaga nilai-nilai agama. Lingkungan yang tidak mendukung, pengaruh media, dan kurangnya komunitas Islami sering kali menjadi hambatan bagi mereka.

Namun, pemuda seperti Abdullah dan Aisyah membuktikan bahwa tantangan ini bisa diatasi dengan niat yang kuat, pemahaman agama yang baik, dan komunitas yang mendukung. Mereka menjadi contoh bahwa menghidupkan sunnah bukan berarti meninggalkan modernitas, melainkan mengintegrasikan keduanya secara harmonis.

Kisah-kisah seperti ini menjadi bukti bahwa pemuda Muslim memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif. Dengan menjadikan sunnah sebagai pedoman hidup, mereka tidak hanya memperkuat iman pribadi, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan sekitar.

Menghidupkan sunnah di tengah modernitas adalah bentuk perjuangan yang membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Pemuda Muslim seperti Abdullah dan Aisyah menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat menjadi pedoman untuk sukses di dunia modern tanpa harus kehilangan identitas sebagai seorang Muslim.


https://cendekiamuslim.or.id/tag/pemudamuslim-menghidupkansunnah-inspirasiislam-muslimmodern-generasihijrah-islamdieradigital-sunnahrasulullah-pemudaberprestasi-islamrahmatanlilalamin-dakwahkreatif

Kapan Islam Pertama Kali Masuk ke Indonesia? Ini Penjelasan Serta Buktinya

 Jakarta - Islam saat ini menjadi agama mayoritas di Indonesia. Lantas kapan Islam pertama kali masuk di Indonesia? Dilansir dari detikEdu, ...